PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMPUTER DI BIDANG INDUSTRI HIBURAN (ANIMASI)


PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMPUTER DI BIDANG INDUSTRI HIBURAN(ANIMASI)


Kata animasi di ambil dari bahasa latin yang berasal dari kata anima yang berarti jiwa, hidup, nyawa, semangat. Kata animasi itu sendiri merupakan penyesuaian dari kata animation yang berasal dari kata dasar to animate dalam kamus umum Inggris dan Indonesia mempunyai arti menghidupkan.
Secara harfiah, animasi berarti menghidupkan atau membuat bergerak. Menganimasi memiliki makna menggerakan objek agar menjadi hidup/bergerak. Membuat animasi dapat berupa menggerakan gambar/lukisan, sketsa tangan, boneka, boneka, atau objek tiga dimensi.

Animasi, atau lebih akrab disebut dengan film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Pada awal penemuannya, film animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian di-"putar" sehingga muncul efek gambar bergerak. Dengan bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan film animasi menjadi sangat mudah dan cepat. Bahkan akhir-akhir ini lebih banyak bermunculan film animasi 3 dimensi daripada film animasi 2 dimensi.
Wayang kulit merupakan salah satu bentuk animasi tertua di dunia. Bahkan ketika teknologi elektronik dan komputer belum diketemukan, pertunjukan wayang kulit telah memenuhi semua elemen animasi seperti layar, gambar bergerak, dialog dan ilustrasi musik.

Proses pembuatan animasi
Ada dua proses pembuatan film animasi, diantaranya adalah secara konvensional dan digital. Proses secara konvensional sangat membutuhkan dana yang cukup mahal, sedangkan proses pembuatan digital cukup ringan. Sedangkan untuk hal perbaikan, proses digital lebih cepat dibandingkan dengan proses konvensional. Tom Cardon seorang animator yang pernah menangani animasi Hercules mengakui komputer cukup berperan. "Perbaikan secara konvensional untuk 1 kali revisi memakan waktu 2 hari sedangkan secara digital hanya memakan waktu berkisar antara 30-45 menit.[1] Dalam pengisian suara sebuah film dapat dilakukan sebelum atau sesudah filmnya selesai. Kebanyakan dubbing dilakukan saat film masih dalam proses, tetapi kadang-kadang seperti dalam animasi Jepang, sulih suara justru dilakukan setelah filmnya selesai dibuat.
2Dimensi
Celluloid (konvensional)
Teknik Celluloid (kadang-kadang disebut menjadi cell) ini merupakan teknik mendasar dalam pembuatan film animasi klasik. Setelah gambar mejadi sebuah rangkaian gerakan maka gambar tersebut akan ditransfer keatas lembaran transparan (plastik) yang tembus pandang/ sel (cell) dan diwarnai oleh Ink and Paint Departement. Setelah selesai film tersebut akan direkam dengan kamera khusus, yaitu multiplane camera didalam ruangan yang serba hitam.
Objek utama yang mengeksploitir gerak dibuat terpisah dengan latar belakang dan depan yang statis. Dengan demikian, latar belakang (background) dan latar depan (foreground) dibuat hanya sekali saja. Cara ini dapat menyiasati pembuatan gambar yang terlalu banyak.
  • Pra-produksi:
    • Konsep,
    • Skenario,
    • Pembentukan karakter,
    • Storyboard,
    • Dubbing awal,
    • Musik dan sound FX
  • Pasca-produksi:
    • Lay out (Tata letak),
    • Key motion (Gerakan kunci/ inti),
    • In Between (Gambar yang menghubungkan antara gambar inti ke gambar inti yang lain)
    • Clean Up (Membersihkan gambar dengan menjiplak)
    • Background (Gambar latar belakang),
    • Celluloid (Ditransfer keatas plastik transparan)
    • Coloring (Mewarnai dengan tinta dan cat).
  • Post-produksi:
    • Composite,
    • Camera Shooting (Gambar akan diambil dengan kamera, dengan mengambil frame demi frame),
    • Editing,
    • Rendering,
    • Pemindahan film kedalam roll film.
 Komputer
Setelah perkembangan teknologi komputer di era 80-an, proses pembuatan animasi 2 dimensi menjadi lebih mudah. Yang sangat nyata dirasakan adalah kemudahan dalam proses pembuatan animasi. Untuk penggarapan animasi sederhana, mulai dari perancangan model hingga pengisian suara/dubbing dapat dilakukan dengan mempergunakan satu personal komputer. Setiap kesalahan dapat dikoreksi dengan cepat dan dapat dengan cepat pula diadakan perubahan. Sementara dengan teknik konvensional, setiap detail kesalahan kadang-kadang harus diulang kembali dari awal. Proses pembuatan animasi 2Dimensi digital terdiri dari:
  • Pra-produksi:
    • Konsep,
    • Skenario,
    • Pembentukan karakter,
    • Storyboard,
    • Dubbing awal,
    • Musik dan sound FX
  • Pasca-produksi:
    • Lay out (Tata letak),
    • Key motion (Gerakan kunci/ inti),
    • In Between (Gambar yang menghubungkan antara gambar inti ke gambar inti yang lain)
    • Background (Gambar latar belakang),
    • Scanning
    • Coloring.
  • Post-produksi:
    • Composite,
    • Editing,
    • Rendering,
    • Pemindahan film kedalam berbagai media berupa VCD, DVD, VHS dan lainnya.
3Dimensi

Bagian ini membutuhkan pengembangan.
Tiga Dimensi, biasanya digunakan dalam penanganan grafis. 3D secara umum merujuk pada kemampuan dari sebuah video card (link). Saat ini video card menggunakan variasi dari instruksi-instruksi yang ditanamkan dalam video card itu sendiri (bukan berasal dari software) untuk mencapai hasil grafik yang lebih realistis dalam memainkan game komputer
Jenis-Jenis Film Animasi 3D
Secara keseluruhan, jenis film animasi tri matra menggunakan teknik runtun kerja yang sama dengan jenis film animasi dwi matra, Perbedaannya, objek animasi yang dipakai dalam wujud tri matra memperhitungkan karakter objek animasi, sifat bahan yang dipakai, waktu, cahaya dan ruang. Untuk menggerakkan benda tri matra, walaupun itu mungkin, cukup sulit untuk melaksanakannya karena sifat bahan yang dipakai mempunyai ruang gerak yang terbatas. Tidak seperti jenis film animasi gambar, bebas melakukan berbagai gerakan yang diinginkan. Berdasarkan bentuk dan bahan yang digunakan, termasuk dalam jenis film animasi ini adalah:

1. Animasi Boneka (Puppet Animation)
Objek animasi yang dipakai dalam jenis film animasi ini adalah boneka dan figur lainnya yang merupakan penyederhanaan dari bentuk alam benda yang ada. Figure tersebut terbuat dari bahan-bahan yang mempunyai sifat lentur (Plastic) dan mudah untuk digerakkan sewaktu melakukan pemotretan bingkai per bingkai. Bahan yang digunakan adalah kayu yang mudah ditatah atau diukir, kain, kertas, lilin, tanah lempung dan lain-lain, untuk dapat menciptakan karakter yang tidak kaku dan terlalu sederhana.

2. Animasi Model
Objek animasi tri matra dalam jenis film ini berupa macam bentuk animasi yang bukan boneka dan sejenisnya, seperti bentuk-bentuk abstrak: balok, bola, prisma, piramida, silinder, kerucut dan lain-lain, atau bentuk model, percontohan bentuk dari ukuran sebenarnya, seperti bentuk molekul dalam senyawa kimia, bola bumi, dan lain sebagainya. Bentuk objek animasi sederhana, penggunaannya pun tidak terlalu rumit dan tidak terlalu banyak membutuhkan gerak, bahan yang dipakai terdiri dari kayu, plastik keras dan bahan keras lainnya yang sesuai dengan sifat karakter materi yang dimiliki, tetapi tidak berarti bahan lentur tidak dipakai. Animasi model disebut juga film animasi non figur, karena keseluruhan cerita tidak membutuhkan tokoh atau figur lainnya. Jenis film animasi ini hanya bersifat menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan umum.

3. Pixilasi (Pixilation)
Jenis film animasi tri matra ini menggunakan figur manusia sebagai objek animasi. Pixilasi adalah suatu teknik pemotretan di mana manusia berbuat atau melakukan sesuatu adegan seperti boneka, sama halnya yang dilakukan dalam film animasi pada umumnya.  

Membuat Film Animasi Menggunakan Macromedia Flash

Pembuatan film animasi bisa dilakukan secara sederhana, antara lain menggunakan program Macromedia Flash.

Secara singkat, berikut ini adalah tahap pembuatan film animasi 2-D.
  • Mencari ide cerita dan menuangkannya dalam sinopsis
Tema bisa diambil dari hal sederhana, atau mengutip salah satu cerita dalam komik atau naskah pendek. Cerita yang mengandung pesan akan lebih baik.
  • Membuat Story board
Story board, yaitu gambaran adegan film dalam coretan di atas kertas (secara garis besar), agar lebih mudah dibayangkan oleh semua yang terlibat pembuatan film tersebut.
Dalam story board, tergambar antara lain: alur cerita, adegan, klimaks, dan ending.
  • Menggambar tokoh
Tokoh dan karakternya bisa diambil dari pengamatan sekitar. Penggambarannya secara sederhana diawali dengan menggunakan pensil/ spidol. Setelah itu gambar discan, dan diolah kembali agar lebih bagus menggunakan Flash.
Gambar karakter dibuat dengan berbagai jenis gerakan dan posisi. Setelah semua diedit, semua bisa digabung menjadi sebuah gambar bergerak.
Membuat latar belakang disesuaikan dengan waktu kejadian cerita. Salah satu perangkat lunak yang bisa membantu membuat latar belakang 3-D adalah Swift 3D.
  • Memberi Warna
Secara garis besar ada 3 tahap pewarnaan, yaitu warna primer (warna dasar), warna sekunder (campuran 2 warna primer), dan warna tersier (campuran 2 warna sekunder).
Dari sudut pencahayaan, warna dapat dibagi menjadi warna panas dan dingin, dan penggunaannya disesuaikan dengan jalan cerita di film. Pewarnaan diolah juga menggunakan Flash.
  • Pembuatan Animasi
Dalam program Flash terdapat tool yang membantu menyatukan semua karakter yang telah dibuat.Penyatuan ini dilakukan bertahap, mulai dari tokoh terlebih dulu, obyek pendukung, dan latar belakang.
  • Penggabungan Animasi
Setiap potongan adegan lantas disatukan, sesuai dengan storyboard yang telah dibuat.
Suara dapat diisi sendiri memakai audio editor (perangkat lunak), namun bisa pula mendownload file suara dari internet. Format suara dalam flash berbentuk wav dan mp3.
  • Mengubah bentuk Animasi Flash (SWF) menjadi VCD.

This entry was posted in

Leave a Reply

    Catatan :

    Blogger news