Transfusi darah pertama kali di ketauhi keberadaannya adalah di Abad ke-17. Orang yang menceritakan hal ini adalah Stefano Infessura. Stefano Infessura menceritakan bahwa di tahun 1492, Pope Innocent VIII berada dalam keadaan koma. Pope Innocent VIII kemudian, oleh saran dokter, di transfusikan darah 3 orang anak. Transfusi ini dilakukan via mulut, dimana akhirnya, baik Pope Innocent VIII dan ketiga anak tersebut meninggal dalam proses transfusi darah tersebut. Tetapi banyak yang meragukan kebenaran cerita Stefano Infessura ini.
Di abad 17, William Harvey, Seorang Dokter asal Inggris, melakukan penelitian tentang Sirkulasi darah. Pada tahun 1628, William Harvey mengeluarkan penelitiannya dalam bentuk buku stebal 72 halaman tentang bagaimana sebenarnya sirkulasi darah terjadi. Penelitian Harvey ini merupakan penelitian pertama yang berhasil menjelaskan dengan detail bagaiman sirkulasi dan property dari darah yang sebenarnya di pompa keseluruh tubuh oleh jantung.
Penelitian Harvey ini membuat penelitian tentang transfusi darah dapat dilakukan. Percobaan transfusi darah terhadap binatang dapat dilakukan dengan sukses, tetapi sayangnya, saat transfusi dilakukan terhadap manusia, hasilnya selalu mengakibatkan kematian. Kematian bagi mereka yang memberikan darah, serta di berikan darah.
Pada tahun 1665, Christian Zagado, mempraktekan bagaimana seekor binatang yang sudah mau mati karena kehabisan darah bisa selamat lagi dengan di berikannya darah terhadap binatang tersebut melalui saluran pembuluh darahnya, yang kemudian setelah itu, lukanya di jahit, membuat binatang yang hampir mati tersebut bisa tetap hidup.
Orang yang pertama kali mendokumentasikan transfusi darah yang sukses terhadap binatang adalah Dr. Jean-Baptiste Denys, dokter Pribadi dari King Louis XIV, Raja Prancis. Tepatnya pada tanggal 15 Juni 1667, Dr. Jean-Baptiste Denys mengawasi proses tranfusi darah yaitu 12 Ons darah sapi di transfusikan kepada anak umur 15 tahun yang telah di buat berdarah oleh 20 lintah. Proses transfusi darah ini berhasil dengan si anak tetap hidup setelah proses transfusi. Percobaan berikutnya dilakukan kepada seorang pekerja dengan hasil yang sama di mana sang pekerja tetap hidup setelah proses transfusi. Keselamatan mereka kemungkinan besar terjadi akibat sangat sedikitnya darah yang masuk ke tubuh mereka sehingga mereka bisa tetap selamat. Dengan sedikitnya darah yang masuk, mereka bisa bertahan dari reaksi alergi terhadap darah tersebut. Tentu saja pada saat itu hal ini belum di ketahui.
Transfusi darah lainnya yang dilakukan oleh Dr. Jean-Baptiste Denys berakibat kematian bagi orang yang menerima transfusi darah tersebut. Kemungkinan darah yang ditransfusikan jumlahnya lebih banyak dari sebelumnya.
Penelitan Dr. Jean-Baptiste Denys dengan menggunakan darah binatang yang ditransfusikan ke manusia mengakibatkan kontroversial di Prancis. Kontroversi ini semakin memanas sehingga pada tahun 1670 Praktek Transfusi Darah di larang di Prancis. Lalu dengan berjalannya waktu, Parlemen di Inggris juga melarang praktek transfusi darah. Bahkan Pope juga melarang hal ini. Dengan di larangnya Proses Transfusi darah ini, maka perkembangan ilmu transfusi darah ini vacum selama hampir 150 tahun.
Tahun 1818, Dr James Blundell, seorang dokter kandungan, melakukan tranfusi darah pertama yang sukses pada manusia. Dr James Blundell melakukan transfusi pada pasiennya yang mengalami pendarahan, dengan suami pasien sebagai Donor. Dari suami pasien tersebut diambil darah sebanyak 4 ons yang kemudian di transfusikan ke sang istri. Praktek yang dia lakukan ini memberikan dia banyak sekali uang ( sekitar $2.000.000 atau jika dengan kurs sekarang maka nilainya sekitar $50.000.000 ).
Pada tahun 1840, di St George’s Hospital Medical School, London, Samuel Armstrong Lane, di bantu oleh Dr. James Blundell, sukses dalam melakukan transfusi darah pertama kepada pasien hemophilia. Hemophilia sendiri adalah kelainan pada manusia dimana darah sukar sekali untuk membeku pada saat terjadi pendarahan. Penyakit ini merupakan penyakit keturunan.
Walaupun sudah banyak pasien yang terselamatkan dengan tranfusi darah, tetapi praktek ini tetap merupakan praktek yang berbahaya. Banyak juga orang yang tewas pada saat melakukan transfusi darah mengingat pada saat itu, mereka tidak mengenal golongan darah.
Pada tahun 1900, Karl Landsteiner, dalam experimentnya untuk melakukan transfusi darah, menemukan sesuatu yang amat penting dalam transfusi darah, yaitu Golongan Darah. Karl Landsteiner menemukan bahwa tipe darah manusia ada 3 jenis, yaitu tipe A, tipe B dan tipe O (0 / Nol / Kosong ). Penemuan ini kemudian di sempurnakan oleh Decastrello dan Sturli di tahun 1902 yang menemukan tipe darah ke-4, yaitu tipe darah AB.
Penemuan tentang Golongan Darah ini membuat praktek Tranfusi darah menjadi praktek yang tidak berbahaya. Penemuan Golongan darah membuat saat transfusi darah akan berlangsung, darah dari sang Donor dan sang penerima di ambil dahulu dan di campurkan. Di sini akan terlihat apakah Golongan darahnya cocok atau tidak. Hal ini adalah bentuk awal dalam penyonyokan darah di mana jika darah cocok, maka transfusi darah akan di lakukan tetapi jika darah tidak cocok, maka sang pasien harus mencari donor yang lain.
Walaupun Golongan darah A, B, AB dan O telah ditemukan, tetapi, masih sering terjadi keadaan di mana golong darah sama, tetapi hasilnya tetap kematian. Hal ini masih merupakan misteri bagi dunia saat itu sampai akhirnya di tahun 1939-1940, sekali lagi, Karl Landsteiner, yang kali ini bekerjasama dengan Alex Wiener, Philip Levine dan R.E. Stetson membuat penemuan baru di dunia transfusi darah. Karl Landsteiner dan team menemukan Tipe Golongan darah terbaru yang ia sebut sebagai Golongan Darah tipe Rhesus. Penemuan ini membuat golongan darah yang sudah ada harus juga di kombinasikan dengan tipe Rhesus, Positive ( + ) dan Negative ( - ).
Tiga tahun kemudian, JF Loutit dan Patrick L. Mollison memperkenalkan solusi asam-sitrat-dekstrosa (ACD), di mana dengan solusi ini, volume antikoagulan dapat dikurangi sehingga dimungkinkan untuk melakukan transfusi darah dengan volume yang lebih besar serta memungkinkan bagi darah untuk di simpan dalam jangka waktu yang lama.
Carl Walter dan W.P. Murphy Jr memperkenalkan kantong plastik untuk penyimpanan darah pada tahun 1950. Kantong Plastik ini Menggantikan botol kaca yang selama ini digunakan. Penggunaan kantong plastik tahan lama ini memungkinkan terjadinya evolusi sistem pengumpulan darah yang mudah dan aman. Selanjutnya untuk memperpanjang umur dari darah yang di simpan, digunakanlah pengawet antikoagulan, CPDA-1, yang diperkenalkan pada tahun 1979. Dengan umur darah yang meninggkat, suplai darah menjadi meningkat dan hal ini memungkinkan terjadinya sharing darah antara sesama bank darah.
Pada tahun 2006, sudah terdapat sekitar 15 juta unit transfusi produk darah per tahun di Amerika Serikat